Music

Nowhere To Go - Endah & Rhesa

Nama Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya (disingkat Endah N Rhesa) mungkin sangat asing di telinga penikmat musik ‘mainstream’ Indonesia. Sama hal-nya dengan nama Efek Rumah Kaca yang tenggelam oleh ‘wibawa’ ST12, d’Masiv atau Ungu *sigh*–kualitas dua musisi (amat sangat) berbakat ini mungkin masih tertutup nama Prisa atau Maia (well, rasanya saya keliru membandingkan, karena formatnya beda). Hanya beberapa orang yang tahu, dan saya beruntung bisa menjadi salah satu yang sadar akan keberadaan mereka.
Mereka adalah duo akustik; Endah memainkan gitar dan bernyanyi, sementara kekasihnya Rhesa menimpali dengan bass. Anu, susah sekali untuk me-review masing-masing dari pasangan ini. Karena keduanya saling mengisi, ndak bisa dipisahkan. Seandainya Endah main sendirian, tanpa Rhesa –kayaknya ada yang kurang. Begitu pula sebaliknya.
Album mereka “Nowhere to Go”, penuh dengan lagu-lagu folk-jazz berkualitas A+. Saking hebatnya, setelah mendengar semua track –kamu akan merasa ingin sekali bertemu dan menyalami mereka, sambil bilang. “I love you guys!!!”

Nowhere to Go dibuka dengan I Don’t Remember, yang entah kenapa langsung mengingatkan saya pada sound Norah Jones. Lagu aneh, namun indah. Saya baru mendengar ada orang Indonesia yang mampu bikin track kek gini ini. Liriknya pun cukup menarik, tentang seseorang yang hilang ingatan. Ini adalah single andalan yang katanya sebentar lagi akan muncul video klipnya. Dilanjut dengan instrumentalia Dreams Interlude –yang sangat dreamy. Nyaman, dan bikin ngantuk. Itulah kenapa, durasi-nya cuma 1 menit. Karena kalau diterus-teruskan, kenyamanan itu akan bikin kita terlelap. Haha.

Berikutnya adalah track favorit saya, Blue Day. Nuansa blues yang menggairahkan memenuhi setiap verse dan chorus. Kamu akan dibuai dengan vokal mengawang yang lembut namun prima, plus solo gitar yang mbikin tersenyum. Tidak itu saja, track ini mempunyai quote coda yang agak lebay namun sangat manis. “You’re the reason I live, you’re the reason I die.”
Track berikutnya adalah When You Love Someone, lagu yang menurut saya paling ‘komersil’. Di telinga masyarakat Indonesia, lagu ini terdengar begitu biasa. Wajar. Nah, meskipun dibikin senge-pop mungkin, lagu ini masih saja terdengar aneh. Sebelum lagu berakhir, ada progresi yang menarik. Kisah dalam liriknya sangat abegeh, dan saya yakin akan menginspirasi banyak cewek-cewek remaja.
Living with Pirates adalah favorit kedua saya. Lagu rock ‘n roll ceria dengan lirik yang tidak biasa. Saya adalah penggemar bajak laut (ya, saya mengoleksi trilogi Pirates of Caribbean dan manga One Piece –dua2nya tentang kapten bodoh), dan buat saya –aroma lagu ini identik sekali dengan bajak laut. Berkisah tentang arah tujuan yang tidak jelas, tentang Kapten idiot, tentang monster laut dan kabur dari penjara. Begitu lagu ‘liar’ ini berakhir, kelembutan Catch the Windblows menggantikan. Ini juga jadi favorit saya –yang entah kenapa, sangat imajinatif. Mungkin karena liriknya mengisahkan tentang ‘aku’ yang buta. Hmmm, seandainya saya bikin pilem tentang kisah inspiratif, dengan tokoh yang optimis dan ‘melihat’ bahwa dunia itu sangat indah –lagu ini akan jadi soundtrack-nya. Salah satu yang bikin saya suka adalah arpeggio piano yang datang mengiringi.
Kemudian, 2 track berikutnya mempunyai tema 2 sosok pria. Tapi bukan tentang kekasih atau pasangan selingkuh yang jadi prototip lagu-lagu di negeri kita. Pria pertama ada di Thousand Candles Light; lagu yang mempunyai dedikasi seperti Di Udara-nya ERK. Benar, ini tribute untuk alm. Munir, seseorang yang menginspirasi kita untuk terus berjuang. Saya sangat suka lirik di chorus-nya, “He’s not afraid of the dark, ’cause the dark is part of our life.” Pria kedua, -yang saya curiga– adalah tokoh fiktif bernama Uncle Jim. Dia adalah seorang musisi gelandangan renta yang memainkan biola tua sambil berdansa. Kayaknya, tokoh semacam ini beneran ada di dunia nyata. Tokoh yang dipandang kebanyakan sebagai orang gila –namun memberikan semangat buat kita; meski hanya dengan ucapan “Don’t worry, be happy.”

Baby It’s You adalah track favorit lain yang sangat saya sukai. Lagu ini secara tidak sengaja menjadi soundtrack buat saya dan comicstrip di blog ini; karena memiliki chorus keren yang dinyanyikan berulang-ulang : “Pa pa pa, pa pa parampaa!!” Muahahahaha. Di track ini, Endah N Rhesa menyisipi trompet dan trombone. Cool, huh? Thanks udah bikinin saya lagu ini, guys.

2 track di akhir perjalanan album ini bener-bener layak dijadiin pungkasan. Before You Sleep adalah lullaby yang sederhana namun dahsyat. Nada-nadanya somehow terdengar familiar di telinga. Endah n Rhesa seperti menerjemahkan ketulusan kasih sayang seorang Ibu sebelum memberikan kecupan selamat tidur pada anaknya. Sweet. Sementara Take Me Home adalah encore yang mengisahkan perasaan lelah setelah seharian tersesat dan kebingungan. Dengan suara hammond menyayat-nyayat, lagu ‘pasrah’ ini jadi bernuansa megah. Kalau dimainkan live, kayaknya cocok sekali diletakkan di ending –di mana para penonton beranjak dari tempatnya untuk pulang. Tentu sambil melambaikan tangan dan tersenyum kepada sesama. Oh, crap. Tuh kan, lagi-lagi saya membayangkan sesuatu. See? See? Album ini imajinatip banget..

CD original loooh..Saya merekomendasikan album ini untuk siapapun yang pesimis dengan kondisi musik di tanah air. Karena (ternyata) masih ada musisi lokal kita yang bermain dengan sepenuh hati kayak Endah n Rhesa ini. Mereka bukan industri; bukan musisi yang seenaknya memproduksi lagu-lagu kacangan hanya demi uang. Musik mereka di atas rata-rata. Lirik imajinatif, eksekusi total dan kesan positif yang muncul di tiap lagu membuat album Nowhere to Go harus Anda miliki. Kalau saya boleh memberikan fatwa, maka saya wajibkan untuk membelinya. Serius!!
Kekurangan album ini adalah ketiadaan lirik di dalam paket sleeve CD mereka. Alih-alih mencantumkan lirik, Rhesa lebih suka menggambar figur-figur yang ada di dalam tiap lagu dengan style kekanakan yang unik. Ada Paman Jim sedang memainkan biola, burung kakak tua + Kapten yang kabor dari penjara dan tak ketinggalan figur Endah herself yang sedang mencari jalan pulang. Namun kekurangan ini tidak jadi masalah, karena mereka menaruh semua lirik album Nowhere to Go di website www.endahnrhesa.com.
Salah satu kekurangan lain adalah efek ketagihan dan rasa penasaran untuk mendengarkan lagu-lagu mereka yang lain. Haha. Sialan, saya kagum dengan mereka.

Kamar Gelap - Efek Rumah Kaca

Pertama mendengar ERK, saya pikir mereka cuma band indie yang ikut - ikutan karena lagu indie lagi booming di bumi pertiwi. Ternyata eh ternyata, mendengar track demi track pada Album keduanya yang berjudul Kamar gelap seru juga dan banyak pesan - pesan moral juga walaupun awalnya saya hanya "direkomendasikan" oleh teman - teman yang lebih dahulu sudah mengenal banyak tentang ERK.
Track pertama, absurd. Track berikutnya lebih absurd. Aransemen di Kamar Gelap tidaklah gelap. Bahkan lebih terang daripada album pertama, lebih berkembang dari album awal yang sangat minimalis. Mas Cholil lebih meng-eksplor sound gitarnya, tidak seperti di album 1 yang terlihat malu-malu. Semua lagu tracks sangat bergaransi keren, dan beberapa lagu musti saya rewind lagi karena sangat menarik; secara lirik dan musikalitas..Oke.. Review per track :
1. Tubuhmu Membiru, Tragis…
Ini lagu manis dan sedih. Dengan ketukan yang sendu dan petikan melodi gitar yang mengiringi nyanyian Mas Cholil. Dari liriknya, kita tahu lagu ini mengisahkan tentang seorang pecandu. Aneh memang, menaruh track kalem di awal. Dan seperti khas ERK, ada frase yang tidak wajar digunakan musisi lain : Hidup tak selamanya linier, tubuh tak seharusnya tertier…
2. Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa
Kontras dengan track awal, atmosfer lagu ini cukup ngepop, powerful dan nge-rock. Tema lagu ini mirip lagu-lagu ‘Blackhole’, ruang hampa. Liriknya tidak begitu puitis, namun tetap saja absurd : Terkunci mulutku menjeritkan pahit…. Di bagian outro, mereka memasang backing vokal yang rame dan entah kenapa, saya jadi ingat U2.
3. Mosi Tidak Percaya
Pertama kali mendengar lagu ini, saya langsung bangkit dari tiduran. Riff gitarnya catchy abisss!! Sumpah! Ada clapping ngepop yang bikin kita pengin mengangguk-anggukan kepala. Menariknya, riff gitar ini dibikin oleh drummer ERK, Mas Akbar. Kejeniusan yang merata. Haha. Liriknya ditujukan pada para politikus –yang mengingatkan saya pada lagu-lagu politik catchy Bang Iwan Fals. Pantas kalau kami marah, kamu dipercaya susah, adalah bagian lirik yang terbaik.. Nylekit abis!
4. Kenakalan Remaja di Era Informatika
Lagi. Lagu catchy yang nakal. Sangat asyik kalau dinyanyikan secara live, karena ada part yang lebih nge-rock saat dinyanyikan bersama-sama. Liriknya sangat sesuai dengan kenyataan di Indonesia; banyaknya peredaran video mesum anak-anak muda yang masih SMP/SMA. The best part : Ketika birahi yang juara, etika menguap entah kemana. Di beberapa part, ada backing vokal mesum yang menyanyikan : Seks eseks esek esekss.. Kocak!!
5. Lagu Kesepian
Setelah 3 lagu yang menghentak, kita diajak nge-down lagi. Track ini bikin ngantuk. Cocok sekali sebagai lullaby. Atmosfer-nya mirip lagu ‘Melankolia’ di album pertama. Sepi, sendu. Temanya sederhana, namun liriknya jawara : Kau bawa bara berserak di halaman hingga kekeringan. Saya pribadi kurang suka dengan lagu ini; karena soul lagu ini bener-bener bikin sendu. Sangat berbahaya mendengarkan track ini saat mood kita sedang hepi.
6. Hujan Jangan Marah
Kata Mas Cholil, lagu ini diciptakan tahun 1999. Liriknya ditulis oleh Mas Adrian. Tentang banjir yang melanda Jakarta. Namun, masih sangat cocok jika dinyanyikan di musim hujan sekarang ini. Somehow, saya merasa track ini ada kaitan dengan lagu ‘Desember’. Sama tentang hujan mungkin ya.. Lirik yang serupa doa : Hujan Jangan Marah sangat menyayat-nyayat.
7. Menjadi Indonesia
Berapa banyak musisi muda kita yang menulis tentang Indonesia? Yang paling melekat mungkin Slank dan Eross So7 dengan Bendera (dibawakan Coklat). Track ini adalah harapan ERK kepada anak-anak Indonesia, untuk menyegarkan kembali Indonesia yang terpuruk. Lekas, bangun dari tidur berkepanjangan menyatakan mimpimu. Cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu! Dan yang paling mangstap adalah, mereka menyanyikan Indonesia dan bukan Endonesa seperti yang biasa kita ucapkan.
8. Kamar Gelap
Ini terus terngiang-ngiang : Membekukan yang cair, mencairkan yang beku.. Oh, crap!! Liriknyaa, liriknya gawat!! Musisi-musisi Indonesia lain harus mendengarkan lagu ini. I mean, ini keren sekali. Tema lagu yang tidak wajar, –fotografi, dan kata-kata yang tak pernah terpikirkan oleh band manapun : dekonstruksi, dekomposisi, positif, negatif, berjamur.. Track favorit saya!!! Aransemen-nya sedikit progresif. Sendu di awal, namun menghentak di akhir lagu.
9. Jangan Bakar Buku
Pesannya sangat jelas. Penolakan terhadap pembakaran buku. Di tahun 2006, terjadi pembakaran buku sekolah yang tidak mencantumkan PKI sebagai dalang G30S. Ade Firza Paloh (Sore) membantu untuk vokal (suara berat) dan Iman Fattah (Zeke And The Popo) mengisi part gitar. Liriknya masih jadi senjata utama : Bait demi bait pemicu anestesi Hangus sudah, hangus sudah
10. Banyak Asap di Sana
Tentang urbanisasi dan ekonomi. Cukup aktual, melihat banyaknya orang dari desa yang ke kota –namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali asap. Musiknya sendiri mungkin cukup ceria dan bersemangat –namun liriknya tetep saja mengiris : Yang muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia. Kosong di depan mata, banyak asap di sana
11. Laki-laki Pemalu
Ini juga favorit saya. Tidak hanya liriknya yang puitis, tapi musiknya, ambooi manis banget. Meskipun ERK mengclaim mereka band pop, lagu ini berirama waltz dan agak-agak jazzy. Mungkin satu-satunya track di Kamar Gelap yang bertemakan cinta, namun tanpa kata ‘cinta’ itu sendiri. Hahag. Tentang seorang laki-laki yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada gadis pujaannya. Manis memang, namun sama sekali tidak cengeng. Simaklah; Senja akan segera berlalu, seorang lelaki melintas menyimpan malu.
Menyusul langkah sang gadis yang mungil. Tapak kakinya yang lelah menyisakan perih
12. Balerina
Astagaa. Saya iri dan kagum, band ini dapat ide dari mana aja sih?! Sampai track terakhir pun, lirik-lirik mereka masih mengejutkan. Balerina, lagu ini mungkin tentang keseimbangan hidup. Satu tema dengan yin-yang atau black-white, namun dengan versi yang lebih anggun. Haha. Liriknya serupa pantun yang puitis : Menghimpun energi, mengambil posisi. Menjejakkan kaki, meniti temali.
Merendah meninggi, rasakan api, konsentrasi
Outro yang menyisakan senyum di bibir saya.