Rabu, 04 Agustus 2010

CIN(T)A

Gua menemukan beberapa orang di sebuah forum di Internet yang tidak menyukai film cin(T)a karena dianggapnya kosong. Kata kosong sama dengan tidak berisi dan artinya orang tersebut menyukai film yang berisi. Pertanyaannya adalah apa yang dianggap sebagai "isi" dari sebuah film? Sebuah pesan yang ingin disampaikan? Kalau "isi" adalah pesan yang ingin disampaikan, lalu mengapa orang tetap saja menggilai film-film yang tidak memiliki pesan seperti Kill Bill? Untuk pertanyaan mengenai "isi" ini, Sammaria sudah menjawab bahwa dirinya tidak memiliki pesan dalam film ini. Yang Ia lakukan melalui film ini ialah bertanya kepada penonton. Pertanyaannya, menurut gua, adalah : "Apa dan siapa itu Tuhan?"

Film Cin(T)a bercerita tentang pemuda beragama Kristen keturunan Chinesse bernama Cina dan seorang gadis Muslim keturunan Jawa bernama Annisa. Perbedaan lain yang mereka miliki, di luar usia sang pemuda yang lebih muda dari si gadis, adalah sang pemuda pintar dan miskin sementara si gadis bodoh dan kaya. Kesamaan yang mereka miliki adalah mereka berdua warga Indonesia yang idealis yang kuliah di jurusan Teknik Arsitektur. Mereka mulai berhubungan dekat sejak Annisa yang sedang berada di foot spa ternyata akan dilayani oleh Cina yang bekerja di tempat tersebut. Cina yang pernah merusak maket buatan Annisa dan sudah memperbaikinya akhirnya dibayar oleh Annisa untuk membantunya menyelesaikan Tugas Akhir-nya. Cinta pun mulai tumbuh dan mereka berusaha mengerti perbedaan di antara mereka.

Film ini dibuat oleh Sammaria saat dirinya menghadapi berbagai pertanyaan tentang Tuhan. Banyak yang memberinya konsep tentang Tuhan, tapi dirinya tidak bisa menerima begitu saja. Lalu, Ia lontarkanlah pertanyaan tentang Tuhan itu melalui film ini. Gua jadi teringat akan sebuah artikel di blog pribadi Roger Ebert tentang Ramin Bahrani yang dianggapnya "the new great American director". Ramin berkata bahwa ketika kita tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan dalam hidup kita, buatlah film. Hal yang serupa sepertinya juga terjadi pada Sammaria. Setelah resign dari pekerjaannya sebagai arsitektur dan memutuskan untuk menekuni dunia film sebagai sutradara, Ia pun hadir dengan film Cin(T)a sebagai film pertamanya. Korelasi ini gua lihat dalam dialog andalannya yang bisa kita dengar di trailernya :

Annisa : "Kenapa Allah nyiptain kita beda-beda, kalau Allah cuma pengen disembah dengan satu cara?"

Cina : "Makanya, Allah nyiptain cinta,biar yang beda-beda itu bisa jadi satu."

Gua ga ngerasa bahwa apa yang dikatakan oleh Cina itu merupakan jawaban dari pertanyaan Annisa. Itu adalah opininya yang gua yakin juga menjadi opini Sammaria di tengah perjuangan menemukan jawaban akan konsep Tuhan.

Film Cin(T)a memiliki aura film kontemporer dan eksperimental dilihat dari perpindahan dari adegan yang satu ke adegan yang lain dan juga pengemasan beberapa adegan, seperti adegan ciuman yang banyak di-cut. Meskipun bagi beberapa orang penuturan ceritanya agak tersendat, tapi bagi gua penuturan cerita itu dibuat karena untuk menghadirkan konsep "dunia hanya milik berdua" dimana kita hanya melihat Cina dan Annisa, sementara para pemeran lain berada off frame. Konsep ini memang selain untuk menyesuaikan dengan budget, tapi juga menghadirkan sesuatu yang baru untuk gaya penuturan cerita di Indonesia. Untunglah konsep ini dieksekusi dengan baik dalam film ini. Yang gua rasain kurang realistis adalah kenyataan Annisa sebagai aktris film layar lebar yang rasanya saya tidak ingat pernah saya temukan di tahun 2000 yang mana setting waktu dalam film ini. Saat itu, rasanya dunia industri film layar lebar Indonesia tidak sebesar itu.

Gua yakin dengan potensi Sammaria sebagai sutradara yang patut diincar karya-karyanya. Dengan hadirnya film Cin(T)a yang menuai banyak pujian, saya rasa Sammaria akan lebih berani dan lebih dipercaya dalam menyutradarai film dengan budget lebih besar. Beberapa adegan layaknya puisi sudah dihadirkan dalam film Cin(T)a ini. Salah satunya adalah adegan dimana Cina memperhatikan Annisa yang sedang ber-wudhu dengan tatapan yang terpukau. Bayangkan apa yang Sammaria lakukan dengan budget film yang lebih besar. Gua akan tunggu karya Sammaria selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar