Rabu, 04 Agustus 2010

MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK

Film dibuka dengan penggalan kisah Mayang yang akan berangkat ke Hongkong untuk mencari Sekar. Sekar sendiri tengah terkena lilitan kredit sehingga rela bekerja menjadi teman minum bapak tua di negeri bekas jajahan Inggris tersebut. Setelahnya, audiens diajak untuk melihat penggalan kehidupan Mayang dan si adik yang complicated, hubungan Mayang dengan anak majikannya yang cute serta kisah para TKI lainnya. Dan judul film ini datang dari kisah para TKI yang terkenal suka berkumpul pada day off di taman yang bernama Victoria Park.

Seolah merasa belum cukup, Minggu Pagi di Victoria Park juga memiliki sideplot terkait kehidupan cinta Mayang dan kawan-kawannya. Movietard merasa cukup terganggu dengan Mayang’s love story, temannya yang berpacaran dengan pria India hingga kehadiran pasangan lesbi karena plot utama yang seharusnya jauh lebih penting justru menjadi blur, membuat audiens tetap bertanya, what’s exactly happen to Sekar at the past? Memang, Amaria dan Wattimena berusaha menyampaikan makna penting dengan kehadiran cerita cinta tersebut, but hey, we have The Ugly Ducking or Pretty Women to do this job.

Lepas dari kekurangan, di mana struggling para TKI dalam Minggu Pagi di Victoria Park kurang diekpos dan lambatnya pace, film ini jelas memiliki nilai plus. In a good way, Minggu Pagi di Victoria Park memberikan pandangan baru anda mengenai alasan para TKI bekerja, sebagian besar memang untuk materi tetapi sebagian kecil memiliki alasan lain. Another positive things, Yadi Sugandi did a wonderful job, Aksan Sjuman has another masterpiece but the tribute is going to Titi Sjuman as our Indonesia Nicole Kidman, she’s the one who made this film worth to watch with her natural act and her ‘surabaya words’ cursed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar